Selamat hari senin! memasuki hari keempat latihan menulis, godaan untuk procrastination kembali menyerang. Masalah kehabisan ide sudah diantisipasi dengan membuat jadwal topik tulisan hingga hari ke-31 walau masih ada dua-tiga hari yang belum ada topik. Masalah monotonisitas sudah diantisipasi dengan merencakan tema/gaya yang berbeda setiap harinya. Ketika kedua hal tersebut sudah diantisipasi, ternyata masih ada saja alasan yang muncul untuk tidak menyelesaikan tulisan hari ini.
Kalau kata Pak Budi : “Yang paling susah adalah mencari waktu untuk menulisnya itu lho.”. Sambil melanjutkan procrastination, saya melihat salah satu status di twitter yang sepertinya cukup menohok.
Saya termasuk punya riwayat masalah yang sama. Banyak kegagalan yang terjadi akibat saya tidak menyelesaikan suatu pekerjaan karena frustasi status pekerjaan tidak sesuai dengan harapan atau cita-cita di awal. Terlalu banyak otokritik akhirnya waktu habis dan hasil akhirnya tidak sempurna seperti dibuat setengah hati.
Kasus lainnya adalah keterlambatan yang dengan segenap tenaga yang tersisa masih terus dikerjakan walaupun laju antusiasme menurun secara non-polinomial. Akhirnya? tetap saja tidak sesempurna bayangan di awal. Tambahan waktu tidak serta merta menyelesaikan masalah.
kalau diingat-ingat, masalah ini berakar sedari kecil. Saya termasuk anak yang kurang percaya diri. Ketika ditugasi membuat karya seperti menggambar atau menulis, rasanya malu sekali ketika ada orang lain yang ingin melihat. Setelah dikumpulkan pun, ternyata bukan pula jadi yang terbaik.
procrastination and fear of mediocrity are sources of depression
Sebetulnya solusi untuk persoalan di atas sudah ada yaitu menerima kenyataan dari awal bahwa untuk mewujudkan ambisi dan angan-angan tidak semudah perkiraan dan memecah pekerjaan menjadi potongan kecil yang lebih realistis untuk dikerjakan. Seperti ketika bermain game, keseluruhan permainan dibagi menjadi tahapan-tahapan dan memperbanyak immediate reward. Hal ini bertujuan untuk mengisi bahan bakar yaitu motivasi kepada diri sendiri atas usaha yang sudah dilakukan.
Hal yang bisa diharapkan dari orang lain adalah tambahan tekanan. Kalau diri sendiri juga ikut memberi tekanan, yang ada adalah self-destruction. Memberi imbalan pada diri sendiri juga merupakan hal yang bisa dilakukan tanpa harus meminta.
Paragraf sebelum ini dituliskan dengan susah payah. Apalagi kalau membayangkan mengatakan hal tersebut kepada diri sendiri.
Kembali ke tagar judul tulisan ini, satu-satunya tujuannya adalah adanya tulisan di blog setiap hari. Panjang-pendek tulisan tidak menjadi acuan penilaian. Namanya juga latihan, bukan tantangan apalagi perlombaan. Sebagai bahan motivasi, mari kita lihat tulisan hari kedua kang Daus yang menakjubkan ini.
Tulisan ini akhirnya pun melenceng dari rencana semula. Topik yang semestinya jadi pengantar malah jadi topik utama. Topik yang rencananya jadi topik utama sepertinya harus mengalah untuk tampil di lain kesempatan. Di satu pihak, tujuan satu tulisan tercapai. Di pihak lain, procrastination tetap terjadi. Na ja… 😀
Sampai jumpa besok!